Friday, January 24, 2020

Nama : Rika Desta Nara
NPM: 119020003
MK: PTI

1.Asal-usul sejarah tari sintren



Tari Sintren

  • Sintren yang juga dikenal dengan Lais adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa. Ditinjau dari segi bahasa, penyebutan Sintren berasal dari dua suku kata "Si" dan "Tren". Si berarti panggilan ia, dia, atau "sang" sedangkan Tren berasal kata panggilan tri yang artinya putri, jadi Sintren ini juga bermakna Sang Putri. Sang putri inilah yang merupakan penari utama dalam kesenian Sintren. Ada dua versi populer mengenai asal usul keberadaan kesenian sintren ini.
  • Versi pertama mengatakan bahwa kesenian sintren bermula dari kisah cinta seorang punggawa Mataram yang bernama Joko Bahu (Ki Bahurekso /Bupati pertama Kendal) dengan seorang putri yang bernama Dewi Rantamsari. Namun sayangnya hubungan asmara di antara keduanya tidak mendapat restu dari Raja Mataram, sehingga membuat keduanya terpisah.
  • Sebelum berpisah, Joko Bahu memberikan sapu tangan sebagai tanda cinta kepada Rantamsari. Suatu ketika Joko Bahu dikabarkan wafat dalam sebuah pertempuran, Rantamsari pun begitu sedih mendengar kekasihnya telah tiada. Namun ia tidak percaya begitu saja. Dewi Rantamsari kemudian berusaha mencari tahu yang sebenarnya. Ia berusaha untuk melacak jejak keberadaan Joko Bahu. Ia berjalan menyusuri sepanjang wilayah pantai utara Jawa dengan menyamar menjadi seorang penari sintren dengan nama Dewi Sulasih. Dengan bantuan sapu tangan pemberian dari Joko Bahu akhirnya ia pun dapat bertemu dengan Joko Bahu yang ternyata masih hidup. Ada juga cerita yang menyebutkan bahwa Rantamsari tidak pernah menemukan kekasihnya itu sampai ajal menjemput, sehingga masyarakat percaya bahwa roh yang masuk ke tubuh penari Sintren adalah roh dari Dewi Rantamsari.
  • Sedangkan versi kedua menyebutkan bahwa pelaku dalam kisah tersebut bukanlah Joko Bahu, melainkan seorang putranya yang bernama Raden Sulandono dengan kekasihnya yang bernama Dewi Sulasih. Namun hubungan cinta kasih di antara keduanya ternyata juga tidak mendapat restu dari sang ayah, Ki Bahurekso, sehingga akhirnya Raden Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Suatu ketika Dewi Rantamsari (ibunya) mengatur pertemuan di antara keduanya. Ia memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih yang sedang menari, dan ia juga memanggil Raden Sulandono yang sedang bertapa untuk menemui Sulasih. Melihat Sulasih sedang menari, Raden Sulandono melemparkan sapu tangannya sehingga Sulasih (yang sedang kemasukan roh halus) menjadi pingsan. Saat kemasukan roh halus inilah yang disebut "Sintren", sedangkan saat sapu tangan dilemparkan disebut dengan "balangan". Setelah Raden Sulasih dan Dewi Sulasih bertemu, keduanya pun akhirnya bersatu kembali dalam cinta kasih. 
                                               
                                                                                                                                                                       

Pertunjukan Sintren


  • Tidak sembarang orang yang bisa berperan menjadi Sintren (Sang Putri). Dalam kesenian Sintren, hanya gadis masih perawan yang boleh memainkannya. Sebelum pementasan, seorang penari Sintren harus menjaga tingkah lakunya agar tidak berbuat dosa dan berzina. Selain itu, sang penari juga harus melakukan puasa terlebih dahulu, sehingga ia benar-benar dalam keadaan suci dan bersih. Semuanya ini dilakukan agar roh halus tidak akan mengalami kesulitan saat hendak masuk ke dalam tubuh penari.
  • Pementasan Sintren diawali dengan alunan musik pengiring untuk memanggil para penonton yang menyaksikannya. Setelahnya, dilanjutkan dengan Dupan, yaitu tahapan dimana pawang meminta doa untuk keselamatan. Tahap berikutnya yaitu sang pawang akan membawa calon penari bersama empat dayang lainnya. Sang pawang akan memegang kedua tangan calon penari lalu diletakkan diatas asap kemenyan. Calon penari kemudian diikat dengan tali di seluruh tubuh. Setelah itu, calon penari dimasukkan ke dalam sangkar (kurungan) ayam dengan diberi kostum sintren dan perlengkapan make up. Selanjutnya setelah kurungan dibuka, penari Sintren pun secara ajaib terlepas dari ikatan yang melilitnya dan telah mengenakan kostumnya.
  • Penari Sintren kemudian akan langsung mulai menari tanpa ada komando sebelumnya. Dengan gerakan tangan sederhana dan kaki yang dihentak-hentakkan, maka pertanda pertunjukan Sintren sudah dimulai. Dalam kesenian Sintren ada istilah yang disebut Balangan. Balangan yaitu situasi saat penari Sintren sedang menari, lalu penonton ada yang melempari saweran ke arah sintren. Setiap terkena lemparan, maka penari sintren akan jatuh pingsan. Sang pawang pun akan memasukkan roh kembali ke tubuh penari tersebut agar dapat berdiri lagi. Biasanya, penonton yang melemparkan uang tersebut akan diperbolehkan untuk menari dengan sintren. Selain Balangan, ada juga yang disebut Temohan. Temohan yaitu saat penari sintren dengan membawa tampah atau nampan mendekati penonton untuk meminta tanda terima kasih berupa uang. 
  • Busana penari sintren ada dua macam, yaitu busana saat sebelum dimasukkan ke dalam kurungan dan busana setelahnya. Biasanya, sebelum masuk ke dalam kurungan penari memakai pakaian sederhana atau pakaian putih dan kacamata hitam dengan kondisi terikat oleh tali. Setelah dimasukkan ke dalam kurungan dan diberi make up serta kostum khusus, maka setelah keluar dari kurungan penari sintren telah lepas dari ikatan dan mengenakan kostum khusus untuk menari. Inilah salah satu yang menjadi keunikan tari Sintren selain tentunya saat menari dalam keadaan trance. Untuk syair lagu yang dimainkan, biasanya menggunakan lagu-lagu jawa, sedangkan alat musik pengiringnya terdiri dari bumbung besar atau gamelan sederhana.
  •  Namun seiring zaman alat musik yang dimainkan menjadi lebih modern. Pengiring tarian Sintren pada masa kini sudah banyak yang memakai gamelan, bahkan organ tunggal sebagai musik pengiringnya. 
  • Pada mulanya, pementasan tari Sintren biasa dilaksanakan pada malam hari saat bulan purnama atau saat malam kliwon. Hal ini juga berkaitan dengan ritual atau kepercayaan yang berhubungan dengan roh halus yang masuk ke dalam tubuh penari tersebut. Namun seiring perkembangan zaman, pada masa kini tari Sintren juga biasa dipentaskan pada berbagai event untuk tujuan menghibur masyarakat. Kesenian Sintren dapat ditemui saat acara-acara tertentu seperti hajatan pernikahan, khitanan, atau untuk memeriahkan peringatan hari-hari besar seperti bersih desa, sedekah laut, perayaan kemerdekaan dan lain-lain. (Diolah dari berbagai sumber).


                                                                                                                                        Paripuna penari      

  • Ada beberapa istilah dalam kesenian sintren. Yang pertama adalah paripurna. Yaitu tahapan menjadikan sintren yang dilakukan oleh Pawang, dengan membawa calon penari sintren bersama dengan 4 (empat) orang pemain. Dayang sebagai lambang bidadari (Jawa: Widodari patang puluh) sebagai cantriknya Sintren. Kemudian Sintren didudukkan oleh Pawang dalam keadaan berpakain biasa dan didampingi para dayang/cantrik. Dalam  paripurna, pawang segera menjadikan penari sintren melalui tiga tahap:
  •   Tahap Pertama, pawang memegang kedua tangan calon penari sintren, kemudian diletakkan di atas asap kemenyan sambil mengucapkan mantra, selanjutnya calon penari sintren diikat dengan tali yang dililitakan ke seluruh tubuh.
  • Tahap Kedua, calon penari sintren dimasukkan ke dalam sangkar (kurungan) ayam bersama busana sintren dan perlengkapan merias wajah. Beberapa saat kemudian kurungan dibuka, sintren sudah berdandan dalam keadaan terikat tali, lalu sintren ditutup kurungan kembali.
  • Tahap Ketiga, setelah ada tanda-tanda sintren sudah jadi (biasanya ditandai kurungan bergetar/bergoyang) kurungan dibuka, sintren sudah lepas dari ikatan tali dan siap menari. Selain menari adakalanya sintren melakukan akrobatik diantaranya ada yang berdiri diatas kurungan sambil menari. Selama pertunjukan sintren berlangsung, pembakaran kemenyan tidak boleh berhenti.
  • Sebelum memulai pertunjukan, maka akan dilakukan Dupan. Dupan, yaitu acara berdoa bersama-sama diiringi membakar kemenyan dengan tujuan memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selama pertunjukan terhindar dari mara bahaya






    Dalang membakar kemeyan


  • Mulainya pertunjukan, adalah saat dimulainya tabuhan gamelan sebagai tanda akan dimulainya pertunjukan kesenian sintren dan dimaksudkan untuk mengumpulkan massa atau penonton. Kemudian juru kawih akan membacakan mantra-mantra, “tambak tambak pawon. Isie dandang kukusan. Ari kebul-kebul wong nontone pada kumpul” mantra ini untuk memanggil penonton, juru kawih tidak akan berenti membacakan mantra tersebut hingga penonton kumpul.
  • Kemudian saat sintren akan dimasukkan roh. Biasanya roh yang diundang adalah roh Dewi Lanjar, jika sang Dewi Lanjar, maka penari akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian dengan cantik dan mempesona. Mantra yang biasa dinyanyikan untuk memanggil Dewi Lanjar agar masuk ke dalam tubuh penari adalah “nemu kembang yona yoni, kembange siti mahendra, widadari temurunan, merasuki badan nira”. Kemudian setelah roh sudah masuk kedalam tubuh penari, maka kurungan akan dibuka. Kemudian juru kawih membacakan syair selanjutnya “kembang trate, dituku disebrang kana, kartini dirante, kang rante aran man grana”.  Maka munculah penari sintren yang sudah cantik jelita.
  • Tempat yang digunakan untuk pertunjukan kesenian sintren adalah arena terbuka. Hal ini di maksudkan agar pertunjukan yang sedang berlangsung tidak terlihat batas antara penonton dengan penari sintren maupun pendukungnya. Pertunjukan sintren ini umunya lebih  komunikatif, artinya ada interaksi antara pemain dengan penonton. Bisa dibuktikan pada saat acara balangan dan temohan, dimana antara penonton dan penari sintren terlihat menyatu dalam satu pertunjukan dengan ikut menari setelah penonton melakukan balangan pada penari sintren. Sintren yang menari biasanya didampingi dengan penari pendamping dan seorang bodor atau pelawak.
  • Lagu-lagu yang dimainkan biasanya lagu jawa. Alat music yang digunakan, awalnya merupakan alat yang sederhana. Seperti, gending dan alat yang menyerupai dandang dan nampah, namun tetap asik untuk didengarkan. Berbeda dengan sekarang, alat music yang digunakan menggunakan orkes. Mungkin hal ini dilakukan untuk mengikuti perkembangan zaman dan menarik banyak perhatian orang untuk menyaksikan pertunjukan sintren.
  • Busana yang digunakan penari sintren dulunya berupa pakaian kebaya (untuk atasan) . Busana kebaya ini lebih banyak dipakai oleh wanita yang hidup di desa-desa sebagai busana keseharian. Sekarang ini penari sintren umunya menggunakan busana golek yang lebih nyentrik.


Sintren sedang memakai kostum


  • Baju keseharian, yang dipakai sebelum pertunjukan kesenian sintren berlangsung
  • Baju golek, adalah baju tanpa lengan yang biasa dipergunakan dalam tari golek.
  • Kain atau jarit, model busana wanita Jawa.
  • Celana Cinde, yaitu celana tiga perempat yang panjangnya hanya sampai lutut.
  •  Sabuk, yaitu berupa sabuk lebar dari bahan kain yang biasa dipakai untuk mengikat sampur.
  • Sampur, berjumlah sehelai/selembar dililitkan di pinggang dan diletakkan di samping kiri dan kanan kemudian diutup sabuk atau diletakkan didepan.
  • Jamang, adalah hiasan yang dipakai dikepala dengan untaian bunga melati di samping kanan dan kiri telinga sebagai koncer.
  • Kaos kaki hitam dan putih, seperti ciri khas kesenian tradisional lain khususnya di Jateng.
  •  Kacamata Hitam, berfungsi sebagai penutup mata karena selama menari, sintren selalu memejamkan mata akibat kerasukan “trance”, juga sebagai ciri khas kesenian sintren dan menambah daya tarik/mempercantik penampilan. Pertunjukan  sintren awalnya disajikan pada waktu sunyi dalam malam bulan purnama dan menurut kepercayaan masyarakat lebih utama lagi kalau dipentaskan pada malam kliwon, karena di dalam kesenian sintren terdapat ritual dan gerakan yang sangat berkaitan dengan kepercayaan adanya roh halus yang menjelma menjadi satu dengan penari sintren, Persamaan pertunjukan zaman dahulu hingga sekarang adalah, terkadang pertunjukan kesenian ini bisa juga di butuhkan untuk memeriahkan hajatan perkawinan atau sunatan. Perbedaannya pada saat ini adalah, waktu pertunjukan sintren semakin singkat dan terkadang ada yang memanipulasi pertunjukan, yang artinya pertunjukan sudah tidak melibatkan roh lagi. Selain itu, saat ini pertunjukan sintren yang diadakan akan dicampur dengan music dangdut atau orkes, mungkin hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian penonton yang lebih banyak.

2.  Sintren sedang menari yang menggunakan kacamata


    Penari menggunakan kacamata hitam


  • Dalam masa era globalisasi saat ini, sulit sekali kita menemukan pertunjukan sintren, bahkan di daerah asalnya sendiri pun sangat sulit kita bisa menemukan grup yang menyajikan khusus sintren yang original. Saat ini orisinalitas sintren sudah tidak seperti dulu, karena sudah dicampur dengan music-musik lain terutama dangdut. Hal ini bisa saja, sintren dipaksa untuk mengikuti perkembangan zaman yang ada, meskipun sisi orisinalitas tidak lagi penting untuk diperhatikan.
  • Dalam pertunjukan saat ini juga, banyak dari grup yang menampilkan kepura-puraan dalam pertunjukannya. Misalnya, ada yang berpura-pura kerasukan, lalu mantra yang dibacakan terkadang tidak sungguh, sehingga tidak mengeluarkan nuansa magis sedikitpun. Adapula yang menjadi penari tidak benar-benar gadis, meskipun penampilannya muda dan menarik. Bahkan pakaian yang ditampilkan oleh pendamping sintren/ dayang menggunakan pakaian yang modern.
3.Tahapan-tahapan sacral tari sintren


Dalam pertunjukan Tari Sintren biasanya diawali dengan Dupan, yaitu ritual berdoa bersama untuk memohon perlindungan dari mara bahaya kepada Tuhan selama pertunjukan berlangsung.


                                                                                                                                     
                                                                                                                                                Tahapan sacral sintren


  • Sebelum dimulai, para juru kawih memulai dengan lagu-lagu yang dimaksudkan untuk mengundang penonton.
  • Tambak tambak pawon
  • Isie dandang kukusan
  • Ari kebul-kebul 
  • wong nontone pada kumpul.

  • Syair tersebut dilantunkan secara berulang-ulang sampai penonton benar-benar berkumpul untuk menyaksikan pertunjukan Sintren. Begitu penonton sudah banyak, juru kawih mulai melantunkan syair berikutnya :
  • Kembang trate
  • Dituku disebrang kana
  • Kartini dirante
  • Kang rante aran mang rana

  • Ada beberapa bagian dalam pertunjukan Tari Sintren yaitu Paripurna, Balangan dan Temohan.
  • A.     Paripurna
  • Pada bagian Paripurna adalah bagian dimana pawang menyiapkan seorang yang akan di jadikan Sintren dengan di temani oleh 4 pemain sebagi Dayang. Awalnya seorang penari yang dijadikan Sintren masih memakai pakaian biasa.

  • Pada bagian ini diawali dengan membacakan mantra dengan meletakkan kedua tangan calon penari Sintren di atas asap kemenyan, setelah itu penari diikat dengan tali di seluruh tubuhnya.

  • Kemudian calon penari Sintren dimasukan ke dalam sangkar ayam bersama dengan busana dan perlengkapan riasnya.  Saat Sintren berada dalam kurungan juru kawih terus berulang-ulang menembangkan syair : 
  • Gulung gulung kasa
  • Ana sintren masih turu
  • Wong nontone buru-buru
  • Ana sintren masih baru
  • Yang artinya menggambarkan kondisi sintren dalam kurungan yang masih dalam keadaan tidur. 

  • Setelah ada tanda-tanda sintren sudah jadi (biasanya ditandai kurungan bergetar/bergoyang), kurungan dibuka, sang Sintren sudah berganti dengan pakaian yang serba bagus layaknya pakaian yang biasa digunakan untuk menari topeng, ditambah lagi sang Sintren memakai kaca mata hitam.

  • Sintren siap menari bahkan adakalanya sintren melakukan akrobatik diantaranya ada yang berdiri diatas kurungan sambil menari. Selama pertunjukan sintren berlangsung, pembakaran kemenyan tidak boleh berhenti.

  • B.     Balangan
  • Pada bagian Balangan adalah saat penonton melempar sesuatu kearah penari Sintren. Saat penari terkena lemparan itu maka penari Sintren akan pingsan.

  • Lalu pawang mendatangi penari yang pingsan tersebut dan membacakan mantra dan mengusap wajah penari agar roh bidadari datang lagi dan melanjutkan menarinya. Penonton yang melemparnya tadi di perbolehkan untuk menari dengan penari Sintren.

  • C.     Temohan
  • Pada bagian Temohan adalah bagian dimana para penari Sintren dengan nampan mendekati penonton untuk meminta tanda terima kasih dengan uang seikhlasnya. 

  • Setelah uang terkumpul dan diperkirakan waktu sudah cukup panjang penari sintren dimasukkan ke dalam kurungan bersama pakain biasa (pakaian sehari-hari).

  • Pawang yang membawa anglo berisi bakaran kemenyan mengelilingi kurungan sambil membaca mantra sampai dengan busana sintren dikeluarkan.

  • Setelah kurungan bergoyang tanda penari sudah berganti pakaian, kurungan dibuka, penari sintren sudah berpakain biasa dalam keadaan tidak sadar.

  • Selanjutnya pawang memegang kedua tangan penari sintren dan meletakkan
  • di atas asap kemenyan sambil membaca mantra sampai sintren sadar kembali
4.syarat dan Perlengkapan Tari Sintren



1.     Untuk menjadi penari Sintren ada beberapa syarat yang harus di miliki calon penari, terutama sebagai penari Sintren harus masih gadis atau masih perawan karena penari Sintren harus dalam keadaan suci.

 Selain itu para penari Sintren di wajibkan berpuasa terlebih dahulu, agar tubuh si penari tetap dalam keadaan suci dan menjaga tingkah lakunya agar tidak berbuat dosa dan berzina. Sehingga dapat menyulitkan bagi roh ataun dewa yang akan masuk dalam tubuhnya.

3.     Dalam pertunjukannya, Busana yang di gunakan oleh penari Sintren adalah baju golek, yaitu baju tanpa lengan yang biasa digunakan dalam tari golek. Pada bagian bawah biasanya menggunakan kain jarit dan celana cinde.

4.     Untuk bagian kepala biasanya menggunakan jamang, yaitu hiasan untaian bunga melati di samping kanan dan koncer di bagian kiri telinga. Aksesoris yang di gunakan biasanya adalah sabuk, sampur, dan kaos kaki hitam/putih.

5.     Selain itu yang juga sebagai ciri khas dari penari Sintren adalah kaca mata hitam yang berfungsi sebagi penutup mata. Karena penari Sintren selalu memejamkan mata saat keadaan trance atau kesurupan, selain itu juga sebagai mempercantik penampilan.

6.     Dalam pertunjukan Tari Sintren juga di iringi oleh alat musik seperti Gending, dan diiringi dengan lagu Jawa. Namun, pada saat ini alat musik yang digunakan adalah alat musik modern seperti orkes. 

5.PERKEMBANGAN TARI SINTREN



Kesenian tari sintren pada mulanya dipentaskan pada waktu yang sunyi di saat malam bulan purnama karena kesenian tari ini berhubungan dengan roh halus yang masuk ke dalam sang penari, namun kini pementasan tari sintren tidak lagi dilakukan pada malam bulan purnama melainkan dapat juga dipentaskan pada siang hari dan bertujuan untuk menghibur wisatawan serta memeriahkan acara hajatan.
6.MELESTARIKAN SINTREN


  • Kesenian tari sintren merupakan kesenian tradisional yang harus terus dijaga dan dilestarikan agar tidak menghilang apalagi di tengah arus globalisasi yang mana saat ini telah banyak hiburan canggih yang berasal dari luar negeri dan sedikit demi sedikit akan semakin menggusur kesenian tradisional, untuk itu pemerintah dan masyarakat perlu memperhatikan kelangsungan dari tari sintren ini.
  • Salah satu kesenian tradisional yang dimiliki oleh Cirebon adalah tari sintren yang mana tari tradisional yang menggambarkan kesucian dari seorang wanita ini mengandung unsur magis.

7. Peralatan Permainan



  • Peralatan yang digunakan untuk mengiringi kesenian ronggeng buyung adalah seperangkat waditra yang terdiri dari: dua buah ketipung, sebuah kendang kecil, tiga buah ketuk, kecrek, goong, tutuka, dua buah buyung/juru/klenting (wadah untuk mengambil air), dan saat ini dilengkapi pula dengan gitar listrik.
  • Selain waditra, perlengkapan lain yang digunakan dalam kesenian ini adalah: sebuah kurungan ayam yang ditutup dengan kain batik untuk menutupi penari saat berganti busana, dlupok (tempat membakar kemenyan), kemenyan, bunga-bungaan, minyak wangi, bunga yang diuntai, dan pakaian penari yang mirip dengan pakaian penari tari srimpi lengkap dengan kacamata hitam.

8. Pertunjukan Ronggeng Buyung Sintren




  • Pertunjukan ronggeng buyung diawali dengan mengadakan upacara tertentu yang dipimpin oleh pemimpin kelompok (dalang) untuk mengundang roh-roh halus agar mau memasuki tubuh penari. Untuk itu, perlu disediakan kemenyan, tempat pembakaran kemenyan, bunga-bungaan, dan minyak wangi. Selanjutnya, alat pengiring ditabuh dengan membawakan lagu yang berirama dinamis sebagai tanda dimulainya pertunjukan.
  • Setelah itu, sang penari memasuki arena pertunjukan dengan masih mengenakan pakaian biasa atau pakaian sehari-hari. Kemudian, oleh pemimpin kelompok (dalang) ia disuruh berjongkok lalu ditutup dengan menggunakan kurungan ayam yang telah dilapisi kain batik. Pada saat penari telah berada di dalam kurungan, sang sinden diiringi waditra menyanyikan lagi pemujaan yang berbahasa Jawa Indramayu, yang liriknya sebagai berikut:
  • Turun-turun sintren
  • Wintrene widhadhari
  • Widhadhari tumuruno
  • Aja suwen mindho dalem
  • Dalem sampun kangelan
  • Setelah dalang menyatakan bahwa sang penari telah dalam keadaan trance, maka kurungan pun segera dibuka. Selanjutnya, sang penari yang telah berganti pakaian dengan kostum penari srimpi lengkap dengan kacamata hitam mulai menari sambil diiringi dengan lagu Sulasi, yang liriknya sebagai berikut:
  • Sulasi Silandana
  • Menyan kang ngundang dewa
  • Ala dewa dening sukma
  • Widhadhari tumuruno
  • Kemudian, dilanjutkan dengan lagu Tambak-tambak Pawon yang liriknya sebagai berikut:
  • Tambak-tambak pawon
  • Aku kena udang kuwali
  • Mung jaran mungsapi
  • Njaluk prawan sing nomor siji
  • Setelah lagu Tambak-tambak Pawon selesai, para penonton mulai nyawu (nyawer) sang sintren dengan melemparkan saputangan, baju, atau kain lainnya yang berisi uang alakadarnya sambil meminta pemain untuk menyanyikan lagu-lagu yang diinginkannya yang kebanyakan adalah lagu dangdut. Sebagai catatan, pada saat penonton melemparkan sesuatu ke arah sintren, sang dalang senantiasa berada di belakangnya karena sang sintren akan langsung terdorong ke belakang dan pingsan. Dan, untuk menyadarkannya kembali, sang dalang kemudian mengarahkan asap kemenyan dari dlupok ke arah hidung sintren agar ia kembali menari lagi.
  • Lagu yang dibawakan pada saat dimulai acara nyawer ini adalah lagu Ayo Ngewer-ngewer Puntren yang liriknya sebagai berikut:
  • Ayo ngewer-ngewer putren
  • Sing dikewer rujake bae
  • Ayo nyawer-nyawer sintren
  • Sing disawer panjoke bae
  • Apabila penonton yang nyawer sudah mulai sepi, sang dalang menyuruh sintren berhenti menari lalu berjongkok untuk selanjutnya ditutup kembali dengan kurungan ayam. Beberapa saat kemudian kurungan dibuka dan sang sintren kembali mengenakan pakaian sehari-hari, namun masih dalam keadaan tidak sadar. Untuk menyadarkanya kembali, sang dalang mengarahkan asap kemenyan dari dlupok ke arah hidung sintren agar ia siuman. Dan, dengan siumannya sang sintren, maka pertunjukan ronggeng buyung pun berakhir.

9. Keunikan Dalam Tari Sintren



  • Dalam pementasannya, TIDAK sembarang orang bisa menjadi penari Sintren, lho. Ada beberapa syarat khusus yang harus dipenuhi untuk menjadi penari utamanya. Penari Sintren harus masih lajang dan nggak pernah tersentuh oleh laki-laki (masih perawan). Penari tersebut juga harus melakukan puasa terlebih dahulu sebelum pementasan agar benar-benar suci dan bersih. Hal ini bertujuan agar roh yang memasuki penari nanti tidak kesulitan untuk merasuki tubuh penari.
  • Ketika alunan musik bernuansa mistis tersebut mulai dimainkan, kemudian sang pawang mulai beraksi dengan membacakan doa-doa. Penari sebelumnya menggunakan pakaian putih dan kacamata hitam dengan kondisi terikat oleh tali. Setelah itu pawang memasukkannya ke dalam kurungan tertutup dan memberikan kostum khusus. Kostum ini hampir mirip dengan kostum yang digunakan untuk wayang orang, Sahabat.
  • Nah, ini yang membuat penasaran banyak orang. Dalam kondisi tubuh terikat dan di dalam kurungan yang gelap, tiba-tiba penari sudah terlepas dari tali dan mengenakan pakaian saat kurungan dibuka oleh pawang.

10.Mengundang Bidadari Turun dan Menari Bersama Sintren




  • Ada satu tarian klasik yang melegenda di Jawa Tengah dan Jawa Barat dan terkenal karena memiliki unsur magis dan mistis di dalamnya. Namanya adalah Tari Sintren. Tarian ini memiliki ritual khusus untuk memanggil roh, Millens. Walaupun berasal dari Jawa Tengah, Tari Sintren ini juga berkembang dan tersebar di pesisir utara pantai Jawa Barat, seperti Cirebon, Majalengka, dan Indramayu. Penyebaran ini didukung oleh eksistensi tarian yang memang berkembang di daerah pesisir, mulai dari Brebes, Pemalang, dan Pekalongan.
  • Millens perlu tahu nih, bahwa penari sintren ini merupakan perwujudan Sulasih, seorang perempuan yang diperintahkan menjadi penari jika ingin bertemu dengan pujaan hatinya, Sulandono. Perintah itu muncul karena percintaan mereka tidak direstui oleh ayah Sulandono, bupati bawahan Kesultanan Mataram yang bernama Joko Bahu atau lebih dikenal sebagai Bahurekso,pementasan Tari Sintren diawali dengan dupan, yaitu ritual berdoa untuk memohon perlindungan Tuhan dari bahaya yang mungkil muncul selama pertunjukan, yakni menyiapkan satu orang yang akan dijadikan sebagai sintren. Sintren ini ditemani oleh empat dayang yang juga diperankan oleh para penari. kurungan tersebut akan bergetar dan terbuka. Ajaibnya, penari di dalamnya sudah berganti penampilan. Busana yang dipakai berupa baju tanpa lengan yang biasa digunakan dalam tari golek. Baju ini dipadukan dengan kain jarit atau celana cinde. Penari juga memakai jamang, yaitu untaian bunga melati.

Author Image

About Ulin Sintren Diwangkara
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment